Sekitar satu dari 20 anak memiliki kebiasaan berjalan jinjit. Namun anak-anak yang mengalami kelambatan perkembangan atau gangguan saraf merupakan kelompok yang paling sering melakukan jalan jinjit.
Jalan jinjit adalah kondisi dimana anak berjalan menggunakan ujung kaki bagian jari. Beberapa kondisi gangguan otak seperti serebal palsi biasanya menyebabkan anak berjalan jinjit. Kendati begitu, tak sedikit anak yang sebenarnya sehat juga memiliki kebiasaan jinjit. Sering disebut juga dengan idiopatik.
Dalam penelitian yang dilakukan di Swedia terhadap 1.500 anak berusia 5,5 tahun ditemukan 40 persen anak yang mengalami gangguan perkembangan otak seperti autisme berjalan jinjit.
Meskipun jumlah anak yang menderita gangguan neuropsikiatri dalam penelitian itu hanya 35 orang, tetapi para peneliti mengatakan hasil studi itu menguatkan studi sebelumnya yang menemukan tingginya prevalensi anak penderita gangguan kognitif atau mental yang berjalan jinjit.
Pada anak sehat yang sesekali berjalan jinjit, biasanya di usia 5,5 tahun gaya berjalan mereka kembali normal dengan sendirinya. "Di usia tersebut hampir separuh anak secara spontan memiliki gaya jalan normal," kata peneliti dalam laporannya di jurnal Pediatrics.
Anak-anak yang dibiarkan terus berjalan jinjit bisa menderita kerusakan struktur kaki, tumit, dan pergelangan kaki.
Menanggapi hasil penelitian ini, Dr.Pete Richel, kepala bagian anak dari Northern Westchester Hospital, anak-anak yang berjalan jinjit kemungkinan besar mengalami masalah sensorik. Tidak semuanya memenuhi kriteria diagnosa autisme tetapi tetap bisa mendapatkan manfaat dari terapi untuk anak autisme.
Para pakar juga mengatakan intervensi dini merupakan kunci, baik untuk yang memang dicurigai autisme atau memang berjalan jinjit karena gangguan sensorik.
loading...
0 Response to "Balita Jalan Jinjit Perlu Diwaspadai"
Posting Komentar