Jangan salah, virus, bakteri dan jamur yang ada di dalam mulut dan juga alat kelamin sama-sama bisa saling bertukar tempat. HIV pun bisa menular bila kebetulan ada sakit dan luka di dalam mulut. Kalau sudah tertular, menyesal kemudian, deh!!! Kata siapa juga kalau sudah melakukan seks oral tapi masih memiliki selaput dara masih bisa disebut perawan?! Memangnya sudah mengerti dan paham apa arti dan makna perawan itu?!
Seorang perempuan muda belia mengaku sering berhubungan seks dengan kekasihnya dengan cara oral. Menurutnya, ini lebih aman daripada harus melakukan hubungan intim lewat penetrasi vagina. Ini juga salah satu trik yang dilakukannya untuk menjaga keperawanannya.
”Kalau boleh tahu, ini pacar ke berapa?”
”Yang kedua.”
”Memangnya dulu kapan pertama kali pacaran?”
”Waktu kelas tiga SMP, Mbak!”
“Yang ini, sejak kapan?”
“Baru dua bulan, kok!”
”Oh, oke! Terus baru dua bulan sudah sering oral?”
“Yah, namanya juga pacaranlah! Mbak juga psti tahu sendiri.”
“Apa dengan pacarmu dulu juga melakukannya?”
“Hmmm… Iya, sih!”
“Mereka yang minta atau kamu yang menawarkan?!’
”Terjadinya begitu saja.”
”Apa kemudian dilanjutkan dengan yang ”lebih”?!
”Nggak, Mbak!!! Saya takut hamil!!!”
“Kalau ketularan penyakit nggak takut, ya?!”
”Maksud, Mbak?!”
”Apa kamu yakin pacar kamu itu bersih?!”
”Darimana saya tahu?!”
”Kalau nggak tahu, kenapa kamu mau melakukannya?!”
”Kalau oral, kan, nggak apa-apa, Mbak!!!”
”Kata siapa?!”
”Oh, ya?!”
Ketidaktahuan seringkali membuat semuanya menjadi salah kaprah. Apalagi bila kemudian rasa ingin tahu tidak dipenuhi dengan pengetahuan yang benar. Semakin salah kaprah lagi. Pembatasan lewat moral dan agama tidak bisa menjamin terbendungnya rasa ingin tahu mereka. Mereka membutuhkan pengetahuan yang bisa masuk akal dan diterima oleh mereka. Sesuatuyang bisa membuat mereka yakin dan dijadikan patokan atas pola pikir dan cara pandang mereka, terutama untuk anak-anak yang memiliki kreatifitas tinggi, keingintahuan yang besar, berjiwa petualang, dan suka dengan tantangan. Maklum usia remaja adalah usia pencarian jati diri.
Banyak bacaan tentang oral seks tetapi hanya sedikit yang bercerita tentang akibat negatif dari hubungan seks oral bila dilakukan sembarangan. Sementara pada fakta dan kenyataanya, seks oral juga bisa menyebabkan seseorang tertular penyakit kelamin. Virus, bakteri, dan segala kuman yang di kelamin dan di mulut bisa kemudian menyebabkan penyakit, baik yang dioral maupun yang melakukan oral. Tergantung kepada kondisi fisik masing-masing dan juga tergantung kepada kebersihannya, juga cara melakukannya. Tidak bisa kita sembarangan melakukannya, apalagi ganti-ganti pasangan. Sama saja resikonya dengan melakukan hubungan seks lewat penetrasi meskipun lebih kecil kemungkinannya.
Oleh karena itulah sekarang ini sedang digiatkan penggunaan kondom untuk melakukan seks oral. Perlu diingat bahwa kondom bukanlah yang membuat seseorang melakukan seks bebas. Kondom tidak menjerumuskan seseorang bolah melakukanya. Kondom adalah benda yang merupakan alat kontrasepsi sekaligus pencegah penularan dan penyebaran penyakit. Yang menjerumuskan terjadinya perilaku seksual yang tidak baik dan benar adalah pola pikir dan cara pandangnya seseorang. Tidak perlu ada kondom pun perilaku seksual sembarangan sudah gila-gilaan, kok!!! Coba dipikirkan baik-baik mana yang prioritas dan mana yang sebaiknya dilakukan.
Oral seks juga identik dengan masalah menjaga keperawanan. Ini semua diakibatkan karena masalah keperawanan hanya terbatas pada selaput dara saja. Hal ini juga yang membuat kemudian orang kembali salah kaprah soal moral dan etika di mana mereka yang masih memiliki selaput dara dianggap lebih baik daripada yang tidak. Padahal selaput dara itu bisa saja hilang tanpa harus melakukan penetrasi. Mereka yang sering melakukan kegiatan olahraga keras atau pernah mengalami kecelakaan banyak yang sudah kehilangan selaput daranya. Apakah kemudian mereka menjadi tidak baik?! Apakah mereka yang sudah melakukan oral seks lebih perawan dibandingkan dengan mereka?!
Perawan adalah suci dan bersih. Suci di dalam hati dan bersih di dalam berpikir sehingga makna dan arti dari perawan itu bukan hanya sebatas selaput dara saja. Pria dan perempuan sama-sama harus menjaga keperawanan mereka bila ingin mendapatkan kebahagiaan di dalam hidup. Bila ingin menjadi seseorang yang berarti dan juga bermanfaat baik bagi diri sendiri, keluarga, dan juga semua. Perawan juga tidak terbatas apakah masih muda atau sudah tua. Semua orang harus bisa menjaga kesucian hatinya dan kebersihan pikirannnya.
Sebagai catatan bahwa kebanyakan perempuan melakukan seks oral karena tidak mengecewakan pasangannya. Ini biasanya disebabkan karena kurangnya rasa percaya diri sehingga ada rasa takut untuk ditinggalkan. Sehingga kemudian mereka memilih untuk memuaskan pasangannya meskipun sebenarnya terpaksa. Tidak mudah untuk mau melakukan seks oral dengan sukarela karena hanya sedikit perempuan yang sebenarnya menyukai melakukannya. Perasaan jijik dan kotor serta tidak suka terhadap bau dan aroma penis serta sperma banyak membuat merasa mual. Oleh karena itu juga, mereka yang memaksa pasangannya untuk melakukan oral seks, menurut saya sama saja dengan telah melakukan pemaksaan atau pemerkosaan. Efek psikologis yang ditimbulkan bisa sama saja. Depresi dan trauma yang berkepanjangan.
Di dalam menyelesaikan masalah perilaku seksual, sebaiknya kita bisa menjelaskannya secara utuh dan tidak sepotong-sepotong. Jangan hanya menjelaskan dari sisi kesehatan saja atau psikologis saja. JELASKANLAH SEKS SECARA UTUH. .Jangan juga hanya menyebut bahwa ini salah dan dosa, tetapi jelaskan alasannya kenapa itu semua sebaiknya tidak dilakukan. Jangan juga menyebutkan soal surga atau neraka karena ini akan membuat mereka menjadi merasa terpaksa melakukannya. Berikanlah mereka pengertian agar bisa memahaminya dengan baik dan benar serta benar-benar dilakukan atas dorongan dari diri mereka sendiri. Bila terpaksa, ada masanya bila mereka ingin membebaskan diri dan berontak, lalu apa yang terjadi?! Biasanya lebih parah lagi!!!
Menurut saya, langkah yang paling bisa mengantisipasi perilaku seksual yang tidak benar adalah dengan mengajarkan anak-anak kita untuk selalu jujur dalam setiap langkah. Mengenal apa dan siapa mereka yang sebenarnya dan berani untuk menjadi diri sendiri. Didiklah mereka untuk bisa mandiri dalam berpikir dan bertindak sesuai dengan kata hati dan jiwa mereka. Penuhi diri mereka dengan cinta dan biarkan mereka selalu merasa memiliki cinta. Hindari kekosongan dan kelabilan di dalam jiwa dan pikiran mereka. Bantulah mereka untuk bisa menemukan jati diri mereka yang sebenarnya agar mereka juga bisa lebih mengenal siapa yang memberikan mereka kehidupan ini dengan sendirinya. Jangan jadikan mereka sebagai kita atau orang lain dan siapapun juga, jadikanlah mereka sebagai mereka sendiri.
Seorang perempuan muda belia mengaku sering berhubungan seks dengan kekasihnya dengan cara oral. Menurutnya, ini lebih aman daripada harus melakukan hubungan intim lewat penetrasi vagina. Ini juga salah satu trik yang dilakukannya untuk menjaga keperawanannya.
”Kalau boleh tahu, ini pacar ke berapa?”
”Yang kedua.”
”Memangnya dulu kapan pertama kali pacaran?”
”Waktu kelas tiga SMP, Mbak!”
“Yang ini, sejak kapan?”
“Baru dua bulan, kok!”
”Oh, oke! Terus baru dua bulan sudah sering oral?”
“Yah, namanya juga pacaranlah! Mbak juga psti tahu sendiri.”
“Apa dengan pacarmu dulu juga melakukannya?”
“Hmmm… Iya, sih!”
“Mereka yang minta atau kamu yang menawarkan?!’
”Terjadinya begitu saja.”
”Apa kemudian dilanjutkan dengan yang ”lebih”?!
”Nggak, Mbak!!! Saya takut hamil!!!”
“Kalau ketularan penyakit nggak takut, ya?!”
”Maksud, Mbak?!”
”Apa kamu yakin pacar kamu itu bersih?!”
”Darimana saya tahu?!”
”Kalau nggak tahu, kenapa kamu mau melakukannya?!”
”Kalau oral, kan, nggak apa-apa, Mbak!!!”
”Kata siapa?!”
”Oh, ya?!”
Ketidaktahuan seringkali membuat semuanya menjadi salah kaprah. Apalagi bila kemudian rasa ingin tahu tidak dipenuhi dengan pengetahuan yang benar. Semakin salah kaprah lagi. Pembatasan lewat moral dan agama tidak bisa menjamin terbendungnya rasa ingin tahu mereka. Mereka membutuhkan pengetahuan yang bisa masuk akal dan diterima oleh mereka. Sesuatuyang bisa membuat mereka yakin dan dijadikan patokan atas pola pikir dan cara pandang mereka, terutama untuk anak-anak yang memiliki kreatifitas tinggi, keingintahuan yang besar, berjiwa petualang, dan suka dengan tantangan. Maklum usia remaja adalah usia pencarian jati diri.
Banyak bacaan tentang oral seks tetapi hanya sedikit yang bercerita tentang akibat negatif dari hubungan seks oral bila dilakukan sembarangan. Sementara pada fakta dan kenyataanya, seks oral juga bisa menyebabkan seseorang tertular penyakit kelamin. Virus, bakteri, dan segala kuman yang di kelamin dan di mulut bisa kemudian menyebabkan penyakit, baik yang dioral maupun yang melakukan oral. Tergantung kepada kondisi fisik masing-masing dan juga tergantung kepada kebersihannya, juga cara melakukannya. Tidak bisa kita sembarangan melakukannya, apalagi ganti-ganti pasangan. Sama saja resikonya dengan melakukan hubungan seks lewat penetrasi meskipun lebih kecil kemungkinannya.
Oleh karena itulah sekarang ini sedang digiatkan penggunaan kondom untuk melakukan seks oral. Perlu diingat bahwa kondom bukanlah yang membuat seseorang melakukan seks bebas. Kondom tidak menjerumuskan seseorang bolah melakukanya. Kondom adalah benda yang merupakan alat kontrasepsi sekaligus pencegah penularan dan penyebaran penyakit. Yang menjerumuskan terjadinya perilaku seksual yang tidak baik dan benar adalah pola pikir dan cara pandangnya seseorang. Tidak perlu ada kondom pun perilaku seksual sembarangan sudah gila-gilaan, kok!!! Coba dipikirkan baik-baik mana yang prioritas dan mana yang sebaiknya dilakukan.
Oral seks juga identik dengan masalah menjaga keperawanan. Ini semua diakibatkan karena masalah keperawanan hanya terbatas pada selaput dara saja. Hal ini juga yang membuat kemudian orang kembali salah kaprah soal moral dan etika di mana mereka yang masih memiliki selaput dara dianggap lebih baik daripada yang tidak. Padahal selaput dara itu bisa saja hilang tanpa harus melakukan penetrasi. Mereka yang sering melakukan kegiatan olahraga keras atau pernah mengalami kecelakaan banyak yang sudah kehilangan selaput daranya. Apakah kemudian mereka menjadi tidak baik?! Apakah mereka yang sudah melakukan oral seks lebih perawan dibandingkan dengan mereka?!
Perawan adalah suci dan bersih. Suci di dalam hati dan bersih di dalam berpikir sehingga makna dan arti dari perawan itu bukan hanya sebatas selaput dara saja. Pria dan perempuan sama-sama harus menjaga keperawanan mereka bila ingin mendapatkan kebahagiaan di dalam hidup. Bila ingin menjadi seseorang yang berarti dan juga bermanfaat baik bagi diri sendiri, keluarga, dan juga semua. Perawan juga tidak terbatas apakah masih muda atau sudah tua. Semua orang harus bisa menjaga kesucian hatinya dan kebersihan pikirannnya.
Sebagai catatan bahwa kebanyakan perempuan melakukan seks oral karena tidak mengecewakan pasangannya. Ini biasanya disebabkan karena kurangnya rasa percaya diri sehingga ada rasa takut untuk ditinggalkan. Sehingga kemudian mereka memilih untuk memuaskan pasangannya meskipun sebenarnya terpaksa. Tidak mudah untuk mau melakukan seks oral dengan sukarela karena hanya sedikit perempuan yang sebenarnya menyukai melakukannya. Perasaan jijik dan kotor serta tidak suka terhadap bau dan aroma penis serta sperma banyak membuat merasa mual. Oleh karena itu juga, mereka yang memaksa pasangannya untuk melakukan oral seks, menurut saya sama saja dengan telah melakukan pemaksaan atau pemerkosaan. Efek psikologis yang ditimbulkan bisa sama saja. Depresi dan trauma yang berkepanjangan.
Di dalam menyelesaikan masalah perilaku seksual, sebaiknya kita bisa menjelaskannya secara utuh dan tidak sepotong-sepotong. Jangan hanya menjelaskan dari sisi kesehatan saja atau psikologis saja. JELASKANLAH SEKS SECARA UTUH. .Jangan juga hanya menyebut bahwa ini salah dan dosa, tetapi jelaskan alasannya kenapa itu semua sebaiknya tidak dilakukan. Jangan juga menyebutkan soal surga atau neraka karena ini akan membuat mereka menjadi merasa terpaksa melakukannya. Berikanlah mereka pengertian agar bisa memahaminya dengan baik dan benar serta benar-benar dilakukan atas dorongan dari diri mereka sendiri. Bila terpaksa, ada masanya bila mereka ingin membebaskan diri dan berontak, lalu apa yang terjadi?! Biasanya lebih parah lagi!!!
Menurut saya, langkah yang paling bisa mengantisipasi perilaku seksual yang tidak benar adalah dengan mengajarkan anak-anak kita untuk selalu jujur dalam setiap langkah. Mengenal apa dan siapa mereka yang sebenarnya dan berani untuk menjadi diri sendiri. Didiklah mereka untuk bisa mandiri dalam berpikir dan bertindak sesuai dengan kata hati dan jiwa mereka. Penuhi diri mereka dengan cinta dan biarkan mereka selalu merasa memiliki cinta. Hindari kekosongan dan kelabilan di dalam jiwa dan pikiran mereka. Bantulah mereka untuk bisa menemukan jati diri mereka yang sebenarnya agar mereka juga bisa lebih mengenal siapa yang memberikan mereka kehidupan ini dengan sendirinya. Jangan jadikan mereka sebagai kita atau orang lain dan siapapun juga, jadikanlah mereka sebagai mereka sendiri.
mariska lubis-kompasiana.com
loading...
terimakasih gan atas informasi nya lewat artikel ini .
BalasHapus