Akhir-kahir ini kembali marak kasus rabies di Bali. Beberapa kasus bahkan sudah ada korban yang meninggal. Daerah yang paling banyak kasusnya adalah di Kota Denpasar dan sekitarnya (padahal sejak tahun 1999 Bali sudah dinyatakan bebas penyakit Rabies). Angka kematian yang disebabkan oleh penyakit rabies sangat tinggi dan hampir 100 % korban rabies meninggal dunia. Untuk itu perlu banyak sosialisasi kepada masyarakat akan bahaya penyakit ini.
Rabies (Penyakit Anjing Gila) adalah penyakit infeksi akut pada sistem saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies. Penularan penyakit ini oleh gigitan binatang terutama anjing, kucing, dan kera (di luar negeri ada beberapa kasus oleh gigitan kelelawar). Ini karena sifatnya yang zoonosis artinya dapat menular dari hewab ke manusia.
Virus rabies yang masuk ke tubuh manusia melalui gigitan hewan penular, kebanyakan anjing, akan berkembang di otot sekitar gigitan, kemudian menyerang susunan syaraf tepi lalu bergerak ke otak. Setelah sampai di otak, virus yang termasuk ke dalam famili Rhabdovirus dan genus Lyssa virus itu, akan menyebar ke jaringan-jaringan lain secara cepat sehingga kebanyakan korban tak menyadarinya.
GEJALA KLINIS
Gejala-gejala rabies pada hewan ada dua :
Rabies Ganas
Pada anjing, dari ramah menjadi penakut dan tidak menurut lagi pada tuannya.
Selalu bersembunya di tempat gelap dan dingin.
Nafsu makan berkurang.
Suara menjadi parau.
Memakan benda-benda asing, batu, kayu, dsb.
Ekornya ada diantara kedua pahanya.
Menyerang dan mengigit siapa saja (menjadi lebih agresif).
Kejang yang disusul dengan kelumpuhan.
Biasanya akan mati 4-5 hari setelah timbul gejala pertama.
Rabies Tenang
Pada jenis ini, kejang-kejang berlangsung singkat dan sangat jarang terlihat.
Kelumpuhan sangat menonjol pada rabies jenis ini.
Tidak dapat menelan.
Mulut terbuka dan air liur keluar terus-menerus, disusul kematian dalam waktu singkat.
Gejala-gejala rabies pada manusia dibagi menjadi empat stadium :
Stadium Prodromal
Tidak khas seperti gejala sakit biasa seperti, demam, sakit kepala, malaise, anoreksia, nausea, mual dan rasa nyeri ditenggorokan selama beberapa hari, dsb.
Stadium Sensoris
Biasanya terasa nyeri di daerah bekas gigitan, paraesthesia, panas, gugup, anxietas. Kemudian disusul dengan gejala cemas, dan reaksi yang berlebihan terhadap rangsang sensorik.
Stadium Eksitasi
Tonus otot-otot dan aktivitas simpatik menjadi meninggi dengan gejala hiperhidrosis, hipersalivasi, hiperlakrimasi dan pupil dilatasi.
Bersamaan dengan stadium eksitasi ini penyakit mencapai puncaknya, yang sangat khas pada stadium ini ialah adanya macam-macam phobi, yang sangat terkenal diantaranya ialah hidrofobi (takut dengan air).
Kontraksi otot-otot Faring dan otot-otot pernapasan dapat pula ditimbulkan oleh rangsang sensorik seperti meniupkan udara kemuka penderita atau dengan menjatuhkan sinar kemata atau dengan menepuk tangan didekat telinga penderita.
Pada stadium ini dapat terjadi apnoe, sianosis, konvulsa da tahikardi. Tindak-tanduk penderita tidak rasional kadang-kadang maniakal disertai dengan saat-saat responsif.
Gejala-gejala eksitasi ini dapat terus berlangsung sampai penderita meninggal, tetapi pada saat dekat kematian justru lebih sering terjadi otot-otot melemah, hingga terjadi paresis flaksid otot-otot.
Rabies (Penyakit Anjing Gila) adalah penyakit infeksi akut pada sistem saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies. Penularan penyakit ini oleh gigitan binatang terutama anjing, kucing, dan kera (di luar negeri ada beberapa kasus oleh gigitan kelelawar). Ini karena sifatnya yang zoonosis artinya dapat menular dari hewab ke manusia.
Virus rabies yang masuk ke tubuh manusia melalui gigitan hewan penular, kebanyakan anjing, akan berkembang di otot sekitar gigitan, kemudian menyerang susunan syaraf tepi lalu bergerak ke otak. Setelah sampai di otak, virus yang termasuk ke dalam famili Rhabdovirus dan genus Lyssa virus itu, akan menyebar ke jaringan-jaringan lain secara cepat sehingga kebanyakan korban tak menyadarinya.
GEJALA KLINIS
Gejala-gejala rabies pada hewan ada dua :
Rabies Ganas
Pada anjing, dari ramah menjadi penakut dan tidak menurut lagi pada tuannya.
Selalu bersembunya di tempat gelap dan dingin.
Nafsu makan berkurang.
Suara menjadi parau.
Memakan benda-benda asing, batu, kayu, dsb.
Ekornya ada diantara kedua pahanya.
Menyerang dan mengigit siapa saja (menjadi lebih agresif).
Kejang yang disusul dengan kelumpuhan.
Biasanya akan mati 4-5 hari setelah timbul gejala pertama.
Rabies Tenang
Pada jenis ini, kejang-kejang berlangsung singkat dan sangat jarang terlihat.
Kelumpuhan sangat menonjol pada rabies jenis ini.
Tidak dapat menelan.
Mulut terbuka dan air liur keluar terus-menerus, disusul kematian dalam waktu singkat.
Gejala-gejala rabies pada manusia dibagi menjadi empat stadium :
Stadium Prodromal
Tidak khas seperti gejala sakit biasa seperti, demam, sakit kepala, malaise, anoreksia, nausea, mual dan rasa nyeri ditenggorokan selama beberapa hari, dsb.
Stadium Sensoris
Biasanya terasa nyeri di daerah bekas gigitan, paraesthesia, panas, gugup, anxietas. Kemudian disusul dengan gejala cemas, dan reaksi yang berlebihan terhadap rangsang sensorik.
Stadium Eksitasi
Tonus otot-otot dan aktivitas simpatik menjadi meninggi dengan gejala hiperhidrosis, hipersalivasi, hiperlakrimasi dan pupil dilatasi.
Bersamaan dengan stadium eksitasi ini penyakit mencapai puncaknya, yang sangat khas pada stadium ini ialah adanya macam-macam phobi, yang sangat terkenal diantaranya ialah hidrofobi (takut dengan air).
Kontraksi otot-otot Faring dan otot-otot pernapasan dapat pula ditimbulkan oleh rangsang sensorik seperti meniupkan udara kemuka penderita atau dengan menjatuhkan sinar kemata atau dengan menepuk tangan didekat telinga penderita.
Pada stadium ini dapat terjadi apnoe, sianosis, konvulsa da tahikardi. Tindak-tanduk penderita tidak rasional kadang-kadang maniakal disertai dengan saat-saat responsif.
Gejala-gejala eksitasi ini dapat terus berlangsung sampai penderita meninggal, tetapi pada saat dekat kematian justru lebih sering terjadi otot-otot melemah, hingga terjadi paresis flaksid otot-otot.
Stadium Paralitic
Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium eksitasi. Kadang-kadang ditemukan juga kasus tanpa gejala-gejala eksitasi, melainkan paresis otot-otot yang bersifat progresif. Hal ini karena gangguan sumsum tulang belakang, yang memperlihatkan gejala paresis otot-otot pernafasan.
PENANGANAN LUKA GIGITAN
Setiap luka gigitan oleh hewan yang tertular penyakit rabies harus segera diambil tindakan yang efektif karena penyebaran virus yang cepat. usaha yang paling efektif untuk mengurangi/mematikan virus rabies ialah mencuci luka gigitan dengan air (sebaiknya air mengalir) dan sabun atau diteregent selama 10-15 menit, kemudian diberi antiseptik (alkohol 70 %, betadine, obat merah dan lain-lain).
Luka gigitan tidak dibenarkan untuk dijahit, kecuali jahitan situasi. Bila memang perlu sekali untuk dijahit (jahitannya jahitan situasi), maka diberi Serum Anti Rabies (SAR) sesuai dengan dosis, yang disuntikan secara infiltrasi di sekitar luka sebanyak mungkin dan sisanya disuntikan secara intra muskuler. Disamping itu harus dipertimbangkan perlu tidaknya pemberian serum/vaksin anti tetanus, anti biotik untuk mencegah infeksi dan pemberian analgetik.
PENCEGAHAN PENULARAN RABIES
Penyakit ini dapat dicegah dengan mengambil beberapa langkah sederhana, yang tercantum di bawah ini :
Pastikan bahwa Anda vaksinasi rabies terhadap hewan peliharaan. Dalam beberapa tahun terakhir, rabies pada kucing telah melampaui jumlah kasus rabies pada anjing. Oleh karena itu, mencari tahu dari departemen kesehatan setempat apakah mereka mempunyai klinik vaksinasi untuk kucing dan anjing. Atau yang lain, Anda dapat meminta dokter hewan Anda memberi vaksin kepada hewan peliharaan Anda.
Pastikan Anda tidak membiarkan hewan peliharaan anda untuk menjalankan longgar. Ini akan membantu untuk menjauhkan mereka dari binatang liar, yang bisa menjadi potensi pembawa rabies.
Jika Anda hewan peliharaan telah digigit oleh binatang liar, pastikan Anda memberitahukan departemen kesehatan setempat dan pengendalian hewan segera.
Jika Anda melihat binatang liar di daerah Anda, pastikan Anda memberitahukan departemen kesehatan sehingga petugas pengendali binatang dapat memeriksa hal.
Pernah makan binatang liar, terutama yang tampak agresif atau sakit.
Jika hewan liar seperti kelelawar, rakun, rubah, sigung atau Groundhog menggigit orang atau binatang peliharaan, maka harus segera meletakkan. Kemudian kepala binatang itu harus diserahkan kepada negara untuk pemeriksaan laboratorium pengujian. Vaksinasi rabies akan tergantung pada hasil pemeriksaan.
Jika hewan peliharaan Anda jatuh sakit setelah digigit anjing liar atau hewan liar, pastikan Anda segera bawa ke dokter hewan Anda.
Nah, itu sedikit info dari saya, semoga bermanfaat bagi sahabat-sahabat sekalian. Juga untuk sedikit menambah ilmu dan pengetahuan. Siapa tahu nanti ada kasus seperti ini di lingkungan anda, setidaknya kita sudah tahu sedikit tentang gejala-gejala dan pencegahan terhadap penyakit ini. Terima kasih!(*bb/mdc)
loading...
Makasih infonya ya
BalasHapussama2 mbak Nit, atas kunjungan dan kommennya saya ucapkan banyak terimaksih
BalasHapus