Peneliti Institut Pertanian Bogor menemukan fakta baru tentang biji teratai putih, yang dinilai memiliki kandungan gizi tinggi. Biji teratai putih mempunyai kandungan pati, lemak dan protein tinggi. Bahkan dilihat dari proteinnya, mempunyai kadar yang lebih tinggi dari tepung serealia.
Peneliti Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB, Prof Dr Ir Ahmad Sulaeman MS mengatakan di Bogor, Kamis, fakta tersebut ditemukan setelah ia dan tim peneliti FEMA IPB melakukan penelitian tentang potensi teratai putih. Prof Ahmad meneliti tentang karakteristik fisik, kimia, dan fungsional biji teratai putih dan tepungnya serta pemanfaatannya sebagai bahan pangan potensial, yang berlokasi di Pulau Kalimantan.
Dalam penelitian tersebut, Prof Ahmad dibantu tim peneliti FEMA IPB yaitu Dr Ir Sri Anna Marliyati, Prof Dr Ir Ali Khomsan, dan D Ir Lilik Kustiyah. Ia mengemukakan, tepung biji teratai juga mengandung asam amino dan asam esensial yang lengkap. Ini membuka peluang dijadikan sebagai bahan pangan alternatif pendamping serealia yang selama ini merupakan bahan pangan utama, disamping umbi-umbian.
Teratai atau disebut "water lily" merupakan tanaman air yang cukup popular dan tumbuh liar di danau atau rawa-rawa. Tanaman berbunga sepanjang tahun ini termasuk tanaman kelompok "Nymphaceae." Bunganya muncul di permukaan air, mekar sekitar pukul 18.00-19.00, dan menutup keesokan harinya sebelum tengah hari.
Bunga akan menghasilkan buah yang bundar berdiameter sekitar 4-12 centimeter. Biji bunga berwarna coklat kehitaman, tersimpan dalam daging buah dan memiliki kulit ari keras.
Secara fisik, biji teratai putih mempunyai bentuk bulat kecil berwarna hijau kehitaman menyerupai kacang hijau sebelum disosoh. Berwarna coklat setelah disosoh.
Permukaan biji yang disosoh rata dan halus, bertekstur sandy atau berpasir dengan berat per seratus biji sekitar 0,14 gram. Hasil penelitian tersebut menunjukkan, biji teratai atau biasa disebut ghol mempunyai potensi produksi yang cukup baik, walaupun belum dibudidayakan. "Pemanfaatan masyarakat setempat belum banyak dilakukan kecuali sebagai campuran nasi," ungkap Prof Ahmad.
Menurut Prof Ahmad Sulaeman, biji teratai dapat juga diolah menjadi tepung. Dengan karakteristik diantaranya densitas kamba 0,29 gram per mililiter, derajat putih 48, keasaman (pH) 6,23, kekentalan 3,7 centiPoise (cP), dan kapasitas pengembangan adonan sebesar 37 persen, tepung ghol berpotensi digunakan untuk substitusi terigu. "Di samping itu ternyata rendemen sosoh ghol dan rendemen tepung ghol cukup tinggi yaitu masing-masing 78 persen dan 88 persen," jelas Prof Ahmad.
Dari sisi sifat fisik produk yang dihasilkan tepung ghol juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan substitusi tepung terigu dalam pembuatan cake dan roti sampai tingkat tertentu.
"Semakin tinggi tingkat substitusi ternyata meningkatkan kandungan zat gizi produk yaitu kadar air, protein dan lemak," ujar Prof Ahmad. Keunggulan lain biji Teratai Putih yaitu bermanfaat sebagai obat diare alternatif pengganti antibiotik.
Peneliti Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB, Prof Dr Ir Ahmad Sulaeman MS mengatakan di Bogor, Kamis, fakta tersebut ditemukan setelah ia dan tim peneliti FEMA IPB melakukan penelitian tentang potensi teratai putih. Prof Ahmad meneliti tentang karakteristik fisik, kimia, dan fungsional biji teratai putih dan tepungnya serta pemanfaatannya sebagai bahan pangan potensial, yang berlokasi di Pulau Kalimantan.
Dalam penelitian tersebut, Prof Ahmad dibantu tim peneliti FEMA IPB yaitu Dr Ir Sri Anna Marliyati, Prof Dr Ir Ali Khomsan, dan D Ir Lilik Kustiyah. Ia mengemukakan, tepung biji teratai juga mengandung asam amino dan asam esensial yang lengkap. Ini membuka peluang dijadikan sebagai bahan pangan alternatif pendamping serealia yang selama ini merupakan bahan pangan utama, disamping umbi-umbian.
Teratai atau disebut "water lily" merupakan tanaman air yang cukup popular dan tumbuh liar di danau atau rawa-rawa. Tanaman berbunga sepanjang tahun ini termasuk tanaman kelompok "Nymphaceae." Bunganya muncul di permukaan air, mekar sekitar pukul 18.00-19.00, dan menutup keesokan harinya sebelum tengah hari.
Bunga akan menghasilkan buah yang bundar berdiameter sekitar 4-12 centimeter. Biji bunga berwarna coklat kehitaman, tersimpan dalam daging buah dan memiliki kulit ari keras.
Secara fisik, biji teratai putih mempunyai bentuk bulat kecil berwarna hijau kehitaman menyerupai kacang hijau sebelum disosoh. Berwarna coklat setelah disosoh.
Permukaan biji yang disosoh rata dan halus, bertekstur sandy atau berpasir dengan berat per seratus biji sekitar 0,14 gram. Hasil penelitian tersebut menunjukkan, biji teratai atau biasa disebut ghol mempunyai potensi produksi yang cukup baik, walaupun belum dibudidayakan. "Pemanfaatan masyarakat setempat belum banyak dilakukan kecuali sebagai campuran nasi," ungkap Prof Ahmad.
Menurut Prof Ahmad Sulaeman, biji teratai dapat juga diolah menjadi tepung. Dengan karakteristik diantaranya densitas kamba 0,29 gram per mililiter, derajat putih 48, keasaman (pH) 6,23, kekentalan 3,7 centiPoise (cP), dan kapasitas pengembangan adonan sebesar 37 persen, tepung ghol berpotensi digunakan untuk substitusi terigu. "Di samping itu ternyata rendemen sosoh ghol dan rendemen tepung ghol cukup tinggi yaitu masing-masing 78 persen dan 88 persen," jelas Prof Ahmad.
Dari sisi sifat fisik produk yang dihasilkan tepung ghol juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan substitusi tepung terigu dalam pembuatan cake dan roti sampai tingkat tertentu.
"Semakin tinggi tingkat substitusi ternyata meningkatkan kandungan zat gizi produk yaitu kadar air, protein dan lemak," ujar Prof Ahmad. Keunggulan lain biji Teratai Putih yaitu bermanfaat sebagai obat diare alternatif pengganti antibiotik.
loading...
0 Response to "TERATAI PUTIH UNTUK OBAT DIARE"
Posting Komentar