G-string adalah jenis celana dalam yang biasa dipilih untuk menciptakan kesan seksi. G-string pun menjadi favorit saat berbusana ketat, agar bentuk celana dalam tak tercetak di gaun. Namun, pemakaian celana dalam ini mengundang perdebatan. Ada penelitian yang menyebut keseksian g-string mengundang sejumlah risiko penyakit kewanitaan, seperti urinary tract infection (UTI). Namun, penelitian lain membantahnya.
Pemakaian g-string juga dikata meningkatkan risiko iritasi kulit. Permukaan celana yang mengerucut seperti tali memudahkan gesekan di bagian kulit. Gesekan yang terjadi sepanjang hari inilah yang seringkali menimbulkan iritasi karena kulit di area intim sangat lembut dan sensitif. Sementara The American Journal of Epidemiology memublikasikan sebuah studi pada 1987 yang seolah melawan hasil penelitian Masterson. Studi ini tidak menemukan indikasi pengaruh pemakaian g-string terhadap munculnya infeksi pada organ intim wanita.
Memperkuat simpulan itu, studi Universitas Nara Women Jepang pada 1994 menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara pemakaian pakaian dalam berbahan dasar katun dan bahan sintesis lainnya. Namun, pakaian dalam berbahan katun tetap lebih dianjurkan karena membuat kulit lebih mudah bernapas.
Walau demikian, studi menunjukkan bahwa responden wanita yang memakai pakaian dalam berbahan katun maupun bahan sintetis lainnya memiliki kelembapan kulit dan temperatur yang sama. Ini bertentangan dengan kenyataan bahwa pemakaian pakaian dalam berbahan sintesis membuat kulit lebih cepat berkeringat dan lebih lembab.
Terlepas dari hasil penelitian yang bertentangan itu, sejumlah pakar kesehatan mengingatkan pentingnya merawat kebersihan organ intim. Hentikan pemakaian celana dalam jenis tertentu jika mengalami iritasi. Setiap orang memiliki sensitivitas berbeda terhadap bahan celana dalam. (Sumber)
0 Response to "Ternyata G-Sting Rawan Ganggu Kesehatan Organ Intim"
Posting Komentar