MUNGKIN hanya sedikit dari kita yang mempedulikan batu empedu. Padahal, setiap orang hampir pasti akan mengalaminya dan bukan mustahil akan mendapat masalah batu empedu suatu saat nanti.
Terbentuknya batu empedu merupakan salah satu kelainan utama yang timbul pada kandung dan saluran empedu. Batu empedu terjadi karena perubahan kimiawi pada empedu seseorang. Batu empedu terbentuk dari endapan kolesterol, pigmen bilirubin dan garam kalsium yang mengeras. Namun, kebanyakan batu kandung empedu terbentuk dari kolesterol.
Meski penyakit kandung empedu jarang menunjukkan gejala, pada keadaan memburuk bisa menyiksa. Jika seseorang sudah mengidap batu empedu, gejala yang mungkin timbul adalah serangan ketika makan berlemak tinggi. Batu yang menghambat aliran empedu akan menimbulkan sakit yang akut pada sebelah kanan atas perut dan mengarah ke punggung, antara bahu dan ke dada depan.
Menurut sebuah riset terbaru di Amerika Serikat, pembentukan batu empedu sebenarnya dapat ditekan dengan konsumsi makanan yang mengandung magnesium. Jenis makanan yang kaya magnesium di antaranya adalah ikan, kacang almond kering, bayam, avokad, pisang, kismis dan kacang mede.
Adalah dr Chung-Jyi Tsai dan rekannya dari University of Kentucky Medical Center di Lexington yang mempublikasikan sebuah penelitian tentang peran magnesium dalam menekan risiko pembentukan batu empedu. Seperti yang dimuat American Journal of Gastroenterology, dr Chung-Jyi Tsai mencatat bahwa konsumsi magnesium dalam beberapa tahun terakhir relatif menurun akibat pengolahan makanan yang terlalu lama.
Kurangnya magnesium sudah sejak lama dikenal dapat meningkatkan kadar trigliserida serta menurunkan kolesterol baik (HDL) dalam darah, yang mana keduanya memicu risiko pembentukan batu empedu. Namun begitu, hingga saat ini pengaruh atau dampak jangka panjang magnesium terhadap risiko pembentukan batu empedu pada manusia belum diketahui mendalam.
Hasil riset menunjukkan, partisipan yang memperoleh asupan magnesium tertinggi mengalami penurunan risiko batu empedu hingga 33 persen ketimbang mereka yang mendapat asupan magnesium paling rendah. Penurunan risiko juga terlihat ketika peneliti hanya mempertimbangkan asupan makanan mengandung magnesium tanpa pemberian suplemen.(*)
Terbentuknya batu empedu merupakan salah satu kelainan utama yang timbul pada kandung dan saluran empedu. Batu empedu terjadi karena perubahan kimiawi pada empedu seseorang. Batu empedu terbentuk dari endapan kolesterol, pigmen bilirubin dan garam kalsium yang mengeras. Namun, kebanyakan batu kandung empedu terbentuk dari kolesterol.
Meski penyakit kandung empedu jarang menunjukkan gejala, pada keadaan memburuk bisa menyiksa. Jika seseorang sudah mengidap batu empedu, gejala yang mungkin timbul adalah serangan ketika makan berlemak tinggi. Batu yang menghambat aliran empedu akan menimbulkan sakit yang akut pada sebelah kanan atas perut dan mengarah ke punggung, antara bahu dan ke dada depan.
Menurut sebuah riset terbaru di Amerika Serikat, pembentukan batu empedu sebenarnya dapat ditekan dengan konsumsi makanan yang mengandung magnesium. Jenis makanan yang kaya magnesium di antaranya adalah ikan, kacang almond kering, bayam, avokad, pisang, kismis dan kacang mede.
Adalah dr Chung-Jyi Tsai dan rekannya dari University of Kentucky Medical Center di Lexington yang mempublikasikan sebuah penelitian tentang peran magnesium dalam menekan risiko pembentukan batu empedu. Seperti yang dimuat American Journal of Gastroenterology, dr Chung-Jyi Tsai mencatat bahwa konsumsi magnesium dalam beberapa tahun terakhir relatif menurun akibat pengolahan makanan yang terlalu lama.
Kurangnya magnesium sudah sejak lama dikenal dapat meningkatkan kadar trigliserida serta menurunkan kolesterol baik (HDL) dalam darah, yang mana keduanya memicu risiko pembentukan batu empedu. Namun begitu, hingga saat ini pengaruh atau dampak jangka panjang magnesium terhadap risiko pembentukan batu empedu pada manusia belum diketahui mendalam.
Hasil riset menunjukkan, partisipan yang memperoleh asupan magnesium tertinggi mengalami penurunan risiko batu empedu hingga 33 persen ketimbang mereka yang mendapat asupan magnesium paling rendah. Penurunan risiko juga terlihat ketika peneliti hanya mempertimbangkan asupan makanan mengandung magnesium tanpa pemberian suplemen.(*)
loading...
thanks gan atas informasinya,, sangat bermanfaat.
BalasHapus